Skip to main content

Barasukma (9)

Ada sepasang mata teduh di ujung pintu. Dari kelopaknya bergaris-garis lelah menekuk kulit berpeluh. Dia lepas sepatu tanda menunduk. Tangan kanannya bersandar pada rangka pintu sementara tangan kirinya menarik kaos kaki dalam sekali hempasan lalu jatuh.

Ku datangi dia. Ku relakan telingaku digaduhi keluh tentang bagaimana riuh harinya sepanjang pagi hingga sore tadi. Dia selalu enggan aku peluk ketika berkeringat seperti itu. Ku biarkan saja dia melunturkan letih di ruang tamu.

Selepas makan tadi, dia menyandarkan punggung di sofa depan televisi. Lagi, dia selalu enggan pula aku peluk ketika perutnya kekenyangan seperti itu. Ku biarkan saja dia menikmati pertandingan sepak bola dan hembusan asap rokok sendiri.

Dia masih berdiam diri. Tak ku kubiarkan dia tahu sederas apa air mataku sebelum dia pulang tadi, ketika aku membaca buku lama yang hampir saja lenyap dimakan usia. Sampai bersisa jelaga di ujung mata yang belum terhapus sama sekali.

Lalu dia panggil aku. Butuh bermenit-menit sampai aku bisa menjawab setelah dia tanya ada apa.
"Jika bisa memilih, aku ingin tidak pernah tahu."
Dia mengangkat wajahku, menyuruhku menatap matanya yang memohon ampunanku.
"Jika bisa memilih, aku ingin tidak punya masa lalu."

Lalu aku dihujaninya peluk.
Lalu aku diselimutinya cumbu.
Seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya, seolah tak pernah ada masa lalu tersisa. Hidupnya hanya saat itu saja. Pikirnya hanya tentang apa yang di hadapannya tanpa menyisakan ruang untuk hal remeh dulu-dulu.
Ia yang menggenggam tanganku dalam lelap tanpa dilepas barang sekejap.
Meski cincin yang melingkar pada jemariku bukan cincin yang pertama kali dia berikan kepada seorang perempuan.
Berjanjilah bahwa hanya kepada rahimku kamu berikan hidup dan berpulang.
Tahun masih panjang sayang, meski baru sepertiga dari yang sudah-sudah terlewatkan.
Ada yang hidup setelah jerih payah kita menghancurkan kenangan dan membangun pondasi awal kisah. Ada yang hidup, sayang. Kelak. Di sini. Di rahimku sebagai buah segala yang sudah kita pertaruhkan.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Taraa.. This is Tribal Trends

“Sist, aku mau crop tribalnya ya. Ready kapan?”             Yang gila fashion pasti tau dong motif tribal. Motif tribal lagi happening nih. Para desainer juga lagi berlomba-lomba buat menciptakan busana dengan motif tribal. Mulai dari sekadar kaus, rok, blazer, tas, turban, wedges, sampai garskin! Tapi tau nggak sih gimana asal- usul si tribal ini? Penasaran? Let see… Tribal dalam arti kata bahasa inggris artinya kesukuan. So, tribal mencerminkan tentang motif kesukuan seperti gambar rusa, pohon, dll. Hampir mirip sama Indian style tapi bedanya Tribal lebih menonjolkan corak garis garis yang sejajar dan lebih bermacam warna. Sedangkan Indian Style cenderung berwarna gelap dan cokelat. Nah, karena tribal merupakan motif kesukuan berarti motif-motif khas daerah di Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai motif tribal. Motif tribal ala Indonesia juga banyak banget. Ada corak suku dayak, tenun ikat, tenun todo