Skip to main content

Kencan Kutukan

Sampanku sudah tertambat sendirian pada maghrib terjelang. Ada bekas jejak kaki berlumpur di pinggiran danau tadi petang. Tak biasanya. Aku mencari, lalu seorang kamu muncul dari balik bayang-bayang pohon yang terlempar ke pelataran. Cinta, jatuh aku. Berawal dari “Hallo” sederhana, kita bercerita.  

Kubersihkan kakimu dan kita berjalan lama. Kamu ikatkan tali pada sampanku dengan eratnya. Kamu, ego, aku. 

"Kita tak bisa hanya berlayar dengan sampan.", katamu berdiri dan kembali ke daratan.

Jika kamu butuh kapal untuk kita berkidung dalam aman, aku upayakan. Namun jika bahtera megah hanya agar kamu tak malu mengarunginya, aku berserah.

Lalu, kamu berdiri diantara aku dan seseorang yang bersembunyi dibalik punggungmu. Kekasih yang terkamuflase tawa kita. Kamu gandeng dia dengan sisa-sisa lumpur yang terselip diantara jemari kakimu. Pulanglah, kamu ditunggu pernikahanmu minggu depan.

Entah senja ke berapa saat kamu berdiri didepanku lagi. Semalam aku menyapamu dengan nama berbeda. Kita membìncang kenangan hingga kau menagih janji yang kau ikat sendiri.

“Apa kau tidak merindukanku?”, matamu sayu.

Lucu, kan?

Bukankah terakhir kali kamu yang mengutuk segala yang coba aku damaikan. Sekedar kau tau, percuma pelarianmu ke segala mau. Karena semua jejakmu pun telah dihapus musim penghujan yang mengintai tak diam. Hingga kita dipersatukan satu senja lagi. Aku merenggangkan tali kekang yang kau ikatkan pada pohon ketapang. Berapa tahun ini tak terlepas. Kamu bertanya, perahu itukah yang tertinggal pada senja terakhir kita? Sungai diam, telaga membisu, danau tak menjawab, selaksa kemudian aku memecah bungkam...

"Bukan siapa-siapa. Tak apa-apa, biar gelombang dan arus air memandunya kemana saja.”

Kamu menahan ujung tali yang hampir meninggalkan dermaganya. Menatapku nanar seolah berharap agar tinggal. Apa lagi? Apa lagi yang belum engkau retak karamkan?

Comments

  1. aku sibuk merajut luka hati yang terbuka
    untuk kujual kembali saat ia sembuh
    tak sempat aku meretak karamkan
    darah putih dari matamu terlalu berharga untuk sebuah luka.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Taraa.. This is Tribal Trends

“Sist, aku mau crop tribalnya ya. Ready kapan?”             Yang gila fashion pasti tau dong motif tribal. Motif tribal lagi happening nih. Para desainer juga lagi berlomba-lomba buat menciptakan busana dengan motif tribal. Mulai dari sekadar kaus, rok, blazer, tas, turban, wedges, sampai garskin! Tapi tau nggak sih gimana asal- usul si tribal ini? Penasaran? Let see… Tribal dalam arti kata bahasa inggris artinya kesukuan. So, tribal mencerminkan tentang motif kesukuan seperti gambar rusa, pohon, dll. Hampir mirip sama Indian style tapi bedanya Tribal lebih menonjolkan corak garis garis yang sejajar dan lebih bermacam warna. Sedangkan Indian Style cenderung berwarna gelap dan cokelat. Nah, karena tribal merupakan motif kesukuan berarti motif-motif khas daerah di Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai motif tribal. Motif tribal ala Indonesia juga banyak banget. Ada corak suku dayak, tenun ikat, tenun todo