Skip to main content

Barasukma (3)

Sejujurnya aku gagal memahami apa yang terjadi diantara kita akhir-akhir ini. Aku lemah mengartikan ke mana kesiur makna pada tiap helai amarah yang terbuang sia-sia.

Perbincangan kita tak lebih dari tatap saling bertanya. Hanya detak dan kerenyit jantung yang melemah. Cuma sedemikan itukah isi segala jumpa?


Di separuh bulan yang terlupa ada hati yang tahu tapi tak mau bicara. Gelisah terpapar di suatu keheningan. Mereka saling diam, berdiang resah masing-masing sama terpojoknya. Mereka dimamah ulam dan gemuruh tersisa, tersisih risih niat tanpa solusi saling menanti. Siapa? Siapa yang akan memulai bincang jika ego masih saling melawan.

Kita buta. Sejak lama. Seseorang pernah menumpahkan lahar di sana. Sampai hitam kedua bola matanya. Sampai kering terbakar lelehannya.

Kita bisu. Sejuta bahasa. Seseorang pernah merobek bibirnya. Sampai bernanah darah pada tiap kata yang kadung luka.

Kita sembuh. Berdua. Seseorang pernah bersusah payah kembali, membangun lagi, dan bertahan sedemikian gigihnya sampai saat ini. 

Seseorang itu aku.

Seseorang itu kamu.

Kita. Pernah saling merasa.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Taraa.. This is Tribal Trends

“Sist, aku mau crop tribalnya ya. Ready kapan?”             Yang gila fashion pasti tau dong motif tribal. Motif tribal lagi happening nih. Para desainer juga lagi berlomba-lomba buat menciptakan busana dengan motif tribal. Mulai dari sekadar kaus, rok, blazer, tas, turban, wedges, sampai garskin! Tapi tau nggak sih gimana asal- usul si tribal ini? Penasaran? Let see… Tribal dalam arti kata bahasa inggris artinya kesukuan. So, tribal mencerminkan tentang motif kesukuan seperti gambar rusa, pohon, dll. Hampir mirip sama Indian style tapi bedanya Tribal lebih menonjolkan corak garis garis yang sejajar dan lebih bermacam warna. Sedangkan Indian Style cenderung berwarna gelap dan cokelat. Nah, karena tribal merupakan motif kesukuan berarti motif-motif khas daerah di Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai motif tribal. Motif tribal ala Indonesia juga banyak banget. Ada corak suku dayak, tenun ikat, tenun todo