Aku duduk di tumpukan kapas lembut berlapiskan sprei warna cokelat muda. Menatap langit di seberang jendela dengan mata cerah berbinar. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada bintang merah disudut simbol burung biru mungil itu.
New mentions
Happy wedding anniversary, honey
Lalu tawa renyahku pecah seketika. Wajahku yang sekarang seperti kepiting rebus melirik ke sebelah kanan. Ada seorang pria duduk disana. Tubuhnya hanya dua jengkalan tangan dari tubuhku. Dia menoleh dan berkerling genit. Beberapa saat kami saling menatap dalam diam. Langsung saja aku peluk dia.
***
Semesta itu lucu. 35 kilometer dari tempat seseorang dibesarkan dan beberapa tahun setelah dia dilahirkan, ada aku. Yang tak pernah menyadari ada dia diantara manusia lain di bumi. Hingga alam ini membantu. Untukku bertemu seorang dia. Beberapa hari ini temanku burung biru dengan jutaan pikiran manusia di dalamnya. Sejak aku ada dan sebelum aku tau tentang dia, aku sudah punya dunia. Dengan segala cerita di dalamnya. Bangunan-bangunan yang masih dalam tahap berusaha menjadikannya tinggi. Langit yang terbuat dari rajutan-rajutan mimpi. Dan tanah yang di dalamnya ada berlembar-lembar memory. Suatu ketika dia berdiri di pintuku. Meminta ijin masuk ke duniaku. Melalui sebuah burung biru. Ada daya ribuan orang aku kenal di dalamnya kalau tetap yang aku cari ternyata dia.
Antara kotaku dan kotanya. Kami masih sama-sama duduk sendiri. Menatap ke seberang jendela masing-masing, tapi tetap di bawah langit yang sama. Hingga suatu hari dia sudah ada di hadapanku.
“Aku baru sadar ini sebatas obrolan di hp saja, bodohnya aku.”
“Iya jika kamu membiarkan aku berlalu begitu saja,”
Pria sejati akan mengusahakan apapun untuk mendapat apa yang dia inginkan. Sejak itu dia tak pernah membiarkanku berlalu
***
Pagi ini beberapa tahun lalu, seseorang dengan ucapan Bissmillah memintaku untuk disisinya seterusnya. Diantara kesekian kalinya aku melihatnya, hari itu dia tampak begitu mempesona. Sehebat itulah dia. Yang buat aku mencaci gengsi, untuk menyadari ada dia yang buat aku berhenti mencari. Setelah ini, aku sudah punya pria terhebat nomor dua di hidupku. Itu dia. Pria yang sama yang aku peluk saat ini. Pria yang sama yang tak mau menjadi bodoh waktu itu.
Aku mengetikkan sesuatu. Di ponselku. Beberapa detik kemudian ponsel pria di sebelahku berbunyi. Burung biru memberi tanda.
Happy wedding anniversary too. Thank's for loving me
Burung biru itu menyampaikan sebuah pesan. Aku sudah menerimanya, sejak saat itu.
New mentions
Happy wedding anniversary, honey
Lalu tawa renyahku pecah seketika. Wajahku yang sekarang seperti kepiting rebus melirik ke sebelah kanan. Ada seorang pria duduk disana. Tubuhnya hanya dua jengkalan tangan dari tubuhku. Dia menoleh dan berkerling genit. Beberapa saat kami saling menatap dalam diam. Langsung saja aku peluk dia.
***
Semesta itu lucu. 35 kilometer dari tempat seseorang dibesarkan dan beberapa tahun setelah dia dilahirkan, ada aku. Yang tak pernah menyadari ada dia diantara manusia lain di bumi. Hingga alam ini membantu. Untukku bertemu seorang dia. Beberapa hari ini temanku burung biru dengan jutaan pikiran manusia di dalamnya. Sejak aku ada dan sebelum aku tau tentang dia, aku sudah punya dunia. Dengan segala cerita di dalamnya. Bangunan-bangunan yang masih dalam tahap berusaha menjadikannya tinggi. Langit yang terbuat dari rajutan-rajutan mimpi. Dan tanah yang di dalamnya ada berlembar-lembar memory. Suatu ketika dia berdiri di pintuku. Meminta ijin masuk ke duniaku. Melalui sebuah burung biru. Ada daya ribuan orang aku kenal di dalamnya kalau tetap yang aku cari ternyata dia.
Antara kotaku dan kotanya. Kami masih sama-sama duduk sendiri. Menatap ke seberang jendela masing-masing, tapi tetap di bawah langit yang sama. Hingga suatu hari dia sudah ada di hadapanku.
“Aku baru sadar ini sebatas obrolan di hp saja, bodohnya aku.”
“Iya jika kamu membiarkan aku berlalu begitu saja,”
Pria sejati akan mengusahakan apapun untuk mendapat apa yang dia inginkan. Sejak itu dia tak pernah membiarkanku berlalu
***
Pagi ini beberapa tahun lalu, seseorang dengan ucapan Bissmillah memintaku untuk disisinya seterusnya. Diantara kesekian kalinya aku melihatnya, hari itu dia tampak begitu mempesona. Sehebat itulah dia. Yang buat aku mencaci gengsi, untuk menyadari ada dia yang buat aku berhenti mencari. Setelah ini, aku sudah punya pria terhebat nomor dua di hidupku. Itu dia. Pria yang sama yang aku peluk saat ini. Pria yang sama yang tak mau menjadi bodoh waktu itu.
Aku mengetikkan sesuatu. Di ponselku. Beberapa detik kemudian ponsel pria di sebelahku berbunyi. Burung biru memberi tanda.
Happy wedding anniversary too. Thank's for loving me
Burung biru itu menyampaikan sebuah pesan. Aku sudah menerimanya, sejak saat itu.
Published with Blogger-droid v2.0.10
:)
ReplyDelete