Di tanjakan curam Cikuray, saya mendengar bagaimana jantung saya berdegup. Dalam hirupan dalam, saya merasakan bagaimana udara dingin memenuhi rongga paru-paru saya. Saya tahu rasanya mengaduh setelah terperosot ke bawah dan kulit saya terkoyak akar pohon. Lalu mau tak mau harus tetap berdiri dan jalan agar bisa sampai kemana tujuan. Baik puncak, atau rumah.
Saya melihat dari atas. Melihat begitu kecilnya manusia-manusia di antara banyak kuasa Tuhan. Terlalu banyak alasan mengapa saya begitu mencintai gunung. Alasan tentang bagaimana alam menyimpan rahasia kepedulian dan kemarahan yang bisa setiap saat dia tunjukkan. Alasan tentang mengapa saya, dan semua yang pernah jatuh harus bangkit dari keterpurukan.
Saya tidak menyesal pernah membangun cinta bersama kamu, bersama kamu yang meretak-ambrukkannya tanpa sisa. 2 malam saya menangis sejadi-jadinya, lalu bercerita sebosan-bosannya. Sampai beberapa kawan berkata "Segeralah jatuh cinta (lagi)". Saya bukan orang yang mampu bertahan terhadap luka, tapi tak pula sebodoh yang berkubang pada akhiran sia-sia.
Saya pernah bertanya, "Kamu pernah terluka? Terluka sampai kamu malas untuk memulai yang baru lagi setelahnya?". Katamu iya. Katamu tidak akan. Katamu berusaha. Dan katamu...
Sialan. Saya pengingat ulung untuk setiap yang berlabel katamu. Apa maknanya? Tidak ada. Semua hanya katamu. Itu saja.
Begitupun dengan ciuman hangat dan usapan saat saya mengigau, atau air minum saat saya tersedak tanpa sebab tengah malam. Perihal semua yang yang terjadi dan semua yang kadung terucap dan teringkari, semua itu tidak berarti.
Mungkin tak perlu apologi sebab takkan pernah ada pembenaran apalagi penjelasan tentang segala luka. Setiap kecewa punya porsinya. Saya (tidak benar-benar) sendiri. Saya bekerja. Saya bepergian kemana saja saya mau, dengan siapa saja yang saya butuhkan. Saya tetap hidup. Dan saya bahagia.
Bagaimana kamu sekarang? Ringankah? Setelah meninggalkan, atau lebih tetapnya melepas satu hal yang (katamu) pernah kamu perjuangkan? Apa kamu sudah sebahagia saya? Saya harap demikian.
Kita sama-sama percaya, harus ada harga yang dibayarkan dalam setiap pencapaian. Taukah kau tak begitu dengan kebahagiaan? Pun dibayar uang atau percaya yang dikorbankan.
2821 mdpl, 2 hari menjelang 21 tahun.
2821 mdpl, 2 hari menjelang 21 tahun.
Comments
Post a Comment