Skip to main content

Terenggut

Kekasih menggamit lenganku, meniti hari-hari satu-satu. Jauh di relung rindu ada jembatan kalbu yang belum tertinggal sepenuhnya olehmu. Aku tau itu di setiap tundukanmu setelah bibir kita beradu. Apakah kita menjadi dua orang bodoh yang mengoyak-ngoyak mesra tanpa bisa menata apa yang orang sebut kepastian.

Deruan godaan jaman, seperti bukan hal aneh jika sepasang kekasih mencumbui relung imaji menjadikannya peluh yang berguguran di atas sprei kamar. Lantas mengapa kewajaran baik yang kamu lakukan seakan keanehan yang aku ragukan. 2 tahun menjalin asmara tanpa… ah kalian pasti tau apa maksudku, bukan?

Di dalam sini sedang ada pertengkaran. Bukan antara malam dan cuaca meributkan angin yang tak pernah bisa setia. Melainkan antara nalar dan naluri tentang kamu dengan benteng kokoh yang aku kira itu keraguan.

"Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang menarik sampai menjamahku pun dia tak pernah mau,” naluriku berontak.

"Bukankah bagus? Begitu menjaga sebelum waktunya dia berhak menjamahnya,” nalar menjawab bijak.

"Mungkin."

"Percayalah, pria yang bekerja sampai larut itu hanya ingin menghalalkanmu.

Menggadai malu, ketika berdua kita menggurat malam berselambu. Ada hasrat yang sudah sampai ke ubun-ubun dan nafsu yang belum temui peredanya. Aku melenguh pelan ketika sentuhan lembutmu sampai ke pangkalnya. Tiba-tiba kamu memalingkan wajahmu dan keluar dari dalam kamar. Lalu kita sama-sama diam, mencoba meredakan nafas yang setengah tersengal. Mengapa menggandakan duka setiap kali kita hendak bercinta?

Esok paginya, kamu terduduk di depan makam dan aku berdiri bingung di belakang. Semak bergoyang mengantarkan kalimat lembutmu yang sampai ke telingaku lalu menyengatnya pelan. Jasad di bawah nisan itu kekasih lamamu. Kekasih lamamu yang mati dalam kerusuhan bertahun-tahun lalu. Kekasih lamamu yang direnggut kehormatannya oleh beberapa pemuda dan terenggut pula ereksimu ketika gadis itu menangis, sampai hilang nyawanya di hadapanmu. 

Comments

  1. Jika itu sebuah soneta mungkin akan lebih dalam untuk pemaknaan nya.... Sory sdikit masukan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Barasukma (27)

Perempuan itu pernah menahan marah. Beberapa orang terhanyut dalam skenario cerita kehidupan pribadinya yang justru mereka buat sendiri. Apa harus menuturkan alasan mengakhiri sebuah hubungan sebelum mulai mengenal pria baru lagi? Dia dihujat. Dia dicaci. Hanya karena dekat dengan pria lalu dengan mudah pergi. Dianggap tukang mempermainkan, tak pernah serius hingga mementingkan perasaan sendiri. Sekali lagi dia hanya menahan marah dengan opini brengsek dari orang-orang yang tidak tahu pasti. Mereka tidak mengerti, seberapa sering dia menangis sesenggukan mendapati riwayat jelajah dari ponsel seorang laki-laki. Bukan perkara seorang selingkuhan atau permainan hati. Melainkan tubuh-tubuh molek dari dalam layar itu dibiarkan tertangkap kamera perekam dengan serangkaian adegan ranjang. Hampir tiap hari dilihat dan mungkin tidak terhitung jari. Perempuan itu masih tak bisa menganalisa logika seorang laki-laki. Bagaimana bisa meliarkan imajinasi pada ratusan video demi kepuasan onan...