Skip to main content

Menunggui Bulan Bercinta

Lelaki itu duduk memunggungi malam. Merapal kalimat sakti berulang-ulang. Suaranya mulai serak dikejar angin barat daya. Lalu diam, seperti terjebak elipsis kegamangan. Diantara denyut nadinya ada ritme rindu yang tertelan keangkuhan.

Aku bertaruh diri masuk alurnya. Melalui sela-sela riak yang yang bergoyang diantara kibasan ingatan. Lalu permukaan air terpecah tak beraturan. Hujankah? Bukan. Rupanya bulir bulir bening jatuh melayang dari mata sayu yang mulai lelah meruntuki rasa.

Dia terisak dihadapanku yang telanjang. Ranting-ranting pinggiran bergesek riuh lalu meneriakiku... "Wanita jalang."
Datang mereka yang mendikte dengan mulut penuh muntahan.. "Bisa apa dia jika digoda tubuh molek tanpa lindung sehelai saja.". Lelaki itu meremukkan mulut yang belum terkatup dengan sekali hempasan. Lalu menangis sejadi-jadinya.

Kamu berlomba dengan siang, untuk tau seperti apa pagi yang mencekikku pelan-pelan. Aku pernah menantang gelap, mencari makna malam. Mengajak lautan untuk pasang bersama purnamaku dan pesonanya. Tapi lihat... 1000 matahari bermunculan mengepungku dari segala penjuru. Terbakar aku menjadi bulan mati di siang terik tanpa bisa menutup malu. Aku rembulan, yang hampir mati dikoyak gunjingan. Sementara kamu, menutup ngilunya dengan utuhku masih kau genggam tanpa sela. 

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Taraa.. This is Tribal Trends

“Sist, aku mau crop tribalnya ya. Ready kapan?”             Yang gila fashion pasti tau dong motif tribal. Motif tribal lagi happening nih. Para desainer juga lagi berlomba-lomba buat menciptakan busana dengan motif tribal. Mulai dari sekadar kaus, rok, blazer, tas, turban, wedges, sampai garskin! Tapi tau nggak sih gimana asal- usul si tribal ini? Penasaran? Let see… Tribal dalam arti kata bahasa inggris artinya kesukuan. So, tribal mencerminkan tentang motif kesukuan seperti gambar rusa, pohon, dll. Hampir mirip sama Indian style tapi bedanya Tribal lebih menonjolkan corak garis garis yang sejajar dan lebih bermacam warna. Sedangkan Indian Style cenderung berwarna gelap dan cokelat. Nah, karena tribal merupakan motif kesukuan berarti motif-motif khas daerah di Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai motif tribal. Motif tribal ala Indonesia juga banyak banget. Ada corak suku dayak, tenun ikat, tenun todo