Apa bisa disebut cinta? Jika jalinannya hidup dari kepedihan orang lain? Bagaimana dengan perselingkuhan? Jika hanya nafsu, tidak bisakah diselesaikan dalam sekali jumpa saja? Mengapa jadi palung sampai berhari-hari?
Malam itu aku mengundang Sarah, teman dekatku untuk makan malam di rumah. Sekedar jamuan ulang tahun pernikahan keempat. Dengan tas bermerk, sepatu mengkilap, dan gaun mini karya perancang ternama, Sarah melenggang menuju meja makan. Suamiku menunduk tanpa dapat menutupi kekaguman pada tubuh indah di depan kami. Sementara aku, dengan daster gombrong yang sengaja ku kenakan mempersilahkannya menikmati hidangan.
Malam itu aku mengundang Sarah, teman dekatku untuk makan malam di rumah. Sekedar jamuan ulang tahun pernikahan keempat. Dengan tas bermerk, sepatu mengkilap, dan gaun mini karya perancang ternama, Sarah melenggang menuju meja makan. Suamiku menunduk tanpa dapat menutupi kekaguman pada tubuh indah di depan kami. Sementara aku, dengan daster gombrong yang sengaja ku kenakan mempersilahkannya menikmati hidangan.
Seketika wajah suamiku memerah, matanya melotot, dan urat lehernya menonjol. Dia coba muntahkan sesuatu yang baru saja dia telan.
"Kamu nggak tau Mas Rama alergi udang?". Sarah panik membopong suamiku.
"Apa kamu fikir aku tidak mempedulikan suamiku, sampai dia harus mencari dari perempuan lain?", kataku tersenyum.
Aku meletakkan surat cerai tepat di hadapan keduanya. Sampai beberapa polisi datang untuk membawa suamiku turut serta dan menyita seisi rumah.
Jika kamu kira bisa menusukku dari belakang, suatu ketika aku akan berbalik untuk memenggal kepalamu sekali hempasan.
"Temani kekasihmu di bui, nyonya.", kataku pada wanita dengan muka tercabik malu itu.
Comments
Post a Comment