Skip to main content

Syair Lagu Si Bisu

Rasa kita tak sealur lagu. Berbulan-bulan bertukar canda, saling rayu diantara pesan singkat, bahkan terjaga berdua untuk sekedar menelefon hingga dini hari. Nyatanya kita masih sama-sama berada di intronya saja. Jadi sampai kapan aku harus mengikuti syairmu dalam intro yang cukup panjang? Adakah waktu minimal untuk melakukan pendekatan? Atau mungkin cinta hanya datang padaku dan bukan padamu.

Diantara alunan lagu Ipank – Tentang Cinta kamu bernyanyi sembari menutup mata. Sementara aku masih menatapmu tanpa berani memecahkan keheningan. Aku tak pernah tau kenapa kamu suka lagu ini. Mungkin kenangan masa lalumu begitu erat maknanya dengan lirik yang kamu nyanyikan ini. Sudah berbulan-bulan sejak kita lebih dekat dari seorang teman, tapi bukan seorang kekasih. Persetan dengan panggilan sayang yang kita gunakan. Itu racun. Racun yang buatku merasa seolah ini lebih dari hubungan biasa.

Perempuan suka dirayu, suka dipuji, suka diberi perhatian. Begitu pun aku. Jangan memberi semua hal itu secara berlebihan kalau kamu tidak mau disebut sebagai pemberi harapan. Berhentilah bermain kode. Kita bukan lagi bocah putih abu-abu yang masih menerka-nerka rasa. Kita mungkin dewasa, tapi bukan berarti pula selalu benar dalam mengartikan. Aku takut salah. Aku ingin berkata benar pada apa yang sudah aku rasa, pada apa yang sudah kamu tumbuhkan. Tapi merasa GR seperti yang mereka bilang itu menyakitkan. Ini bukan cinta sepihak jika aku saja tidak tau benar perasaanmu. Sedangkan aku masih merasa terlalu tabu bagi seorang perempuan untuk berucap sebelum pria. Kodrat apa ini? Ini hanya cinta diam-diam. Ini hanya cinta yang menunggu untuk disapa terlebih dahulu.

Kamu menghela nafas perlahan sebelum menyanyikan bagian reff-nya. Entah kenapa aku merasa iini begitu dalam kamu rasakan. Tapi rasa apa itu aku tak tau. Aku masih diam melihat kamu bernyanyi. Masih saja diam. Bagaimana jika untuk tinggal saja aku masih ragu, sedangkan menjauh juga aku tidak mampu? Pada akhirnya aku hanya bisa mundur pelan-pelan. Apa kamu juga masih akan diam jika aku tidak lagi ada untuk menunggu? Apa akhirnya ini seperti dua orang bodoh yang sama-sama terlalu malu pada cinta? Atau mungkin hanya satu orang saja, aku. Toh aku juga tak tau apa isi hati yang kamu tutup rapat-rapat itu. Ah aku lelah larut dalam tanya. Jangan salahkan aku yang pergi kalau kamu saja tidak memastikan kapan akan datang.  

Setelah menyelesaikan petikan terakhirmu, kamu menatapku. Jari-jarimu yang sedari tadi menarikan dawai kini sudah berada diatas kepalaku dan mengusapnya perlahan. Kamu daratkan kecupan di keningku. Pelan, lama, hangat. Aku terpejam.  Beberapa menit kita saling menatap dalam diam. Lalu aku berkata

“Aku ini siapamu?”

Kamu terkejut dan hanya tersenyum penuh makna. Lalu aku... entahlah. Sampai kapan akan seperti ini. Bagiku tetap sama. Bukan lagu jika tidak dinyanyikan. Bukan cinta jika tidak diungkapkan. Jadi kamu tidak cinta. Itu saja.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Perempuan dalam Kamar

"Mas, bangun. Jam piro iki.". Sirine macam apa itu yang mampu membuat jiwaku yang sedang melayang-layang langsung kembali ke peraduannya. Oh, rupanya suara ibuku. Sudah pukul setengah tujuh pagi. Entah berapa jam bersama perempuan itu, sampai aku dibuatnya menyerah. Mataku berat, tapi cukup dapat melihat celanaku sudah basah. Lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi. Menyirami sisa-sisa peluh bekas gulatan tadi malam. Di kantor sebelum jam makan siang. Ketika melewati lobi, aku melirik ke lekuk wajah perempuan di belakang meja kerjany. Entah menyadari lemparan pandanganku atau memang dia juga ingin menatapku, sedetik kemudian mata kami beradu. Dia tersenyum manis, sangat manis, seperti senyum yang aku lihat dalam cumbuan itu. Aku melangkah mendekat, sembari mengingat isi dompet yang mungkin cukup untuk mengajaknya makan siang bersama. Tinggal beberapa meter, tapi sialnya... "Ayo kita makan.". Rekan kerjaku mengecup mesra keningnya. Mereka bangkit, melengga...

100 Hari Tanda Orang Mau Meninggal

Innalillahi wa innailaihi rojiun, datang dari Allah dan selalu kembali kepada-Nya, semoga kita selalu menjadi orang-orang yang selalu mengingat-Nya dan beruntung serta saling mengingatkan. Tanda 100 hari mau meninggal…. Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hamba-Nya dan hanya akan disadari oleh mereka yang dikehendaki-Nya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapatkan tanda ini, mereka ada yang sadar dan ada yang tidak. Tanda ini akan berlaku lazimnya sholat Ashar. Seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan menggigil. Contohnya seperti daging lembu yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti. Kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya lezat dan bagi mereka yang sadar dan berdetik dihati bahwa mungkin ini adalah tanda mati, maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau merek...