Skip to main content

Rindu Dering Telfon Ibu


Pernah nggak kamu bicara dengan seseorang lalu tiba-tiba terdiam. Kamu ingat seseorang yang begitu menyayangimu. Seseorang yang kadang kamu abaikan karena kesibukanmu. Yang dengan bahagia mengantar dan menyambut kedatanganmu kedunia. Kemudian ada sedikit rasa aneh di hati, bisa bahagia, sedih, terharu, bahkan marah dengan dirimu sendiri.Lalu kamu menangis dalam diam. Aku pernah mengalaminya. Tentang anak yang kadang nggak sadar kalau ibunya bener-bener sayang sama dia.

Waktu itu aku ada acara bareng suatu komunitas untuk outbound di luar kota. Acara itu mengharuskan aku menginap untuk 3 hari. Setelah sebelumnya aku mengalami kecelakaan lalu lintas yang tidak terlalu parah, hanya memar dan lecet di beberapa tempat.
Sebelumnya biar aku cerita kondisi dirumah. Kami dirumah hanya berempat dan kesemuanya perempuan. Aku, Ibu, dan kedua adik kembarku yang masih berumur 13 tahun. Sementara Ayah bekerja di luar kota dan paling hanya bisa pulang 3 bulan sekali. Jadi dirumah ibu bertugas ganda, mengurus rumah dan menjaga kami (aku dan adikku). Setiap salah satu dari aku atau adikku keluar rumah untuk waktu yang lama. Ibu selalu saja menelfon bahkan tiap jamnya.
2 hari acara berlangsung, ibuku terus saja menelfonku
Ketika baru sampai
“Dek, udah sampai?”
“Udah”
Malam hari pertama
“Dek, udah makan? Kakinya gimana?’
“Udah. Gapapa.”
“Buruan tidur”
(dalam hati) Gimana bisa tidur kalo ditelfon terus begini
Hari berikutnya
*ponselku getar terus menerus*
Beberapa saat aku merasa risih dengan ibu yang terus menerus menelfon. Ya ampun, aku hanya beberapa hari disini. Itupun acara outbound, bisakah aku bersenang-senang sekarang (baca: tanpa getar-getar ponsel itu lagi?)
Baru beberapa saat sudah tenang, lalu…. Getar lagi. Oke cukup
Klik
“Bu, aku sedang sibuk sekarang. Ini outbound. Nanti saja biar aku yang menelfon.”
Klik
Sudah. Beberapa jam tanpa getar ponsel lumayan bisa membuat aku menikmati suasana puncak yang sejuk. Menjelang malam kedua ponselku kembali bergetar.
Incoming Call
IBU
Aku matikan ponselku
“Kenapa ga diangkat, rin?” Tanya salah seorang temanku
“Hehe gapapa.”
“Tadi itu ibumu?”
“Iya.”
“Harusnya kamu angkat.”
“Sejak sampai disini kemarin, sudah puluhan kali ibuku menelfonku . Bukankah cukup sekedar menanyakan kondisi saja? Ini outbound. Apa tidak boleh aku bersenang-senang?”
Temanku tersenyum. Lalu dia mengambil ponselnya. Dia sibuk memencet keypad dan terdiam beberapa saat. Lalu menempelkan ponsel di telinganya.
Oh rupanya sedang menelfon.
Lalu dia menekan tombol loudspeaker dan menyuruhku mendengarkan.
Operator yang menjawab dan di layar ponsel itu tertulis nama ibunya.
“Apa maksudnya”, tanyaku.
“Kamu tau tadi aku menelfon siapa?”
“Ibumu?”
“Iya.”
“Kenapa operator yang menjawab? Tidak aktif? Lowbat? Atau sedang sibuk.”
Dia menggeleng.
“Aku tidak akan bisa menelfon dia lagi.”
“Kenapa? Ganti nomor dan kamu tidak tau nomor barunya?”
“Bukan.”
“Lalu?”, dahiku berkerut heran.
“Ibuku sudah berada disana, di tempat yang paling tenang. Tanpa getar ponsel.”
…….……….Aku terdiam……………
“Kamu beruntung masih terusik oleh getar ponsel panggilan dari ibumu. Masih ada yang mengangkat telefonmu ketika kamu membutuhkannya. Masih ada yang sering mengkhawatirkanmu ketika kamu tidak berada dirumah. Sementara aku? Mendengar suaranya saja sudah tidak akan bisa. Kamu tau betapa aku merindukan ocehan ibuku kala aku masih sering bandel dulu. Betapa aku merindukan tawa renyahnya ketika kami bercanda. Sungguh, kamu beruntung.”
…….……….Aku terdiam……………
Seperti ada batu di kerongkonganku. Menelan ludah saja aku kesulitan. Dan aku tidak bisa menahan air keluar dari mataku. Temanku bangkit dan meninggalkanku seorang diri. Aku aktifkan lagi ponselku.
Calling
IBU
“Hallo..” suara wanita yang begitu lembut itu.
Kenapa dek? Ga ada apa-apa kan?”, kata ibuku lagi.
“Tidak, bu. Aku gapapa. Ibu, aku kangen.”
Ibu terdiam
“Bu…”
“Iya dek, yasudah ati-ati disana. Gausah ngoyo, kakinya masih sakit. Jangan telat makan.”
“Iya bu.”
“Dilanjut acaranya.”
Klik
Aku terisak
Aku sudah seorang mahasiswi, sudah bisa bekerja walau hanya sekedar membantu biaya kuliah sendiri. Tapi kadang aku lupa, kalau aku akan tetap menjadi anak ibuku. Sampai kapanpun. Maaf ibu, karena terkadang mengabaikanmu karena kesibukanku. Aku menyayangimu.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Taraa.. This is Tribal Trends

“Sist, aku mau crop tribalnya ya. Ready kapan?”             Yang gila fashion pasti tau dong motif tribal. Motif tribal lagi happening nih. Para desainer juga lagi berlomba-lomba buat menciptakan busana dengan motif tribal. Mulai dari sekadar kaus, rok, blazer, tas, turban, wedges, sampai garskin! Tapi tau nggak sih gimana asal- usul si tribal ini? Penasaran? Let see… Tribal dalam arti kata bahasa inggris artinya kesukuan. So, tribal mencerminkan tentang motif kesukuan seperti gambar rusa, pohon, dll. Hampir mirip sama Indian style tapi bedanya Tribal lebih menonjolkan corak garis garis yang sejajar dan lebih bermacam warna. Sedangkan Indian Style cenderung berwarna gelap dan cokelat. Nah, karena tribal merupakan motif kesukuan berarti motif-motif khas daerah di Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai motif tribal. Motif tribal ala Indonesia juga banyak banget. Ada corak suku dayak, tenun ikat, tenun todo