Skip to main content

Kamu itu F5-ku


Sayang, tidakkah kamu mengerti aku memperjuangkanmu disini
Saat begitu banyak pria yang memintaku
Aku tau, kamu tak akan tau apa yang aku lakukan disini
Tapi Tuhan melihat semuanya
Dan aku tak mau Tuhan marah bila aku melakukan hal yang membuatmu dijauhkan dariku, aku tak mau
Ketika berusaha mempertahankanmu, artinya aku tak meminta yang lebih dari seorang kamu
Terkadang aku merasa, mengapa begitu berat jalan ini Tuhan
Kala semua tekanan harus kuhadapi
Untuk bercerita padamu saja aku tak sanggup
Aku tak mau memberatkan pikiranmu, hanya itu
Tuntutan pekerjaanmu berat, bebanmu jauh dari keluarga pun tak mudah
Bukan menutupi semua, tapi mengetahui kamu baik-baik saja disana bagiku sudah cukup bahagia
Aku hanya bisa menangis sendiri, dan mengingatmu saja dapat menghiburku
Ketika mataku mulai lelah menatap layar monitor
Getar ponsel pesan singkatmu seperti menyegarkan kembali
Kamu itu F5-ku
Kamu itu tombol refresh-ku
Aku suka kala kamu bercerita tentang mimpi-mimpimu bersamaku
Tetaplah seperti itu, tetaplah merangkai mimpi bersamaku
Dan kita akan mewujudkannya bersama, pasti bisa
Aku tau untuk terus bersamamu tak mudah, tapi tenanglah, aku masih jauh dari kata lelah
Berjanjilah untuk tetap disini,
Bersamaku,
Saling menguatkan,
Untukku,
Untuk kita

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Barasukma (27)

Perempuan itu pernah menahan marah. Beberapa orang terhanyut dalam skenario cerita kehidupan pribadinya yang justru mereka buat sendiri. Apa harus menuturkan alasan mengakhiri sebuah hubungan sebelum mulai mengenal pria baru lagi? Dia dihujat. Dia dicaci. Hanya karena dekat dengan pria lalu dengan mudah pergi. Dianggap tukang mempermainkan, tak pernah serius hingga mementingkan perasaan sendiri. Sekali lagi dia hanya menahan marah dengan opini brengsek dari orang-orang yang tidak tahu pasti. Mereka tidak mengerti, seberapa sering dia menangis sesenggukan mendapati riwayat jelajah dari ponsel seorang laki-laki. Bukan perkara seorang selingkuhan atau permainan hati. Melainkan tubuh-tubuh molek dari dalam layar itu dibiarkan tertangkap kamera perekam dengan serangkaian adegan ranjang. Hampir tiap hari dilihat dan mungkin tidak terhitung jari. Perempuan itu masih tak bisa menganalisa logika seorang laki-laki. Bagaimana bisa meliarkan imajinasi pada ratusan video demi kepuasan onan...