Skip to main content

G.O.D

Saat kau menatap dirimu di cermin, apa yang kau pikirkan ? 
Rambut yang kini tertata menjulangkan KEANGKUHAN 

Mata yang kini punya sorotan akan AMBISI kehidupan 
Mulut yang kini mampu memfasihkan bejuta kata DUSTA 
Ataukah hanya sebuah ROH yang ditanamkan pada bongkahan RAGA 
Itukah dirimu yang sesungguhnya ? 

Saat kau tak sebesar itu, 
Dulu, jangankah mendongakkan KEEGOISANmu, kau saja masih merengek di balik ketiak ibumu 
Dulu, pernahkah matamu memandang suatu DOSA sebagai sebuah KEINDAHAN atauKEBENCIAN sebagai senjata yang mematikan 
Dulu, beranikah kau mengatakan suatu KEBOHONGAN sedangkan kau masih belajar mengeja namamu

TUHAN yang telah memahat usiamu dan kaulah yang harus menggoreskannya pada pilar-pilar takdirmu 
Saat seorang anak ADAM dan anak HAWA dipertemukan dalam payung kesucian 
Bila diantara mereka tertanam rasa saling mengasihi, kau akan terlahir 
Perlahan TUHAN meletakkanmu pada kekokohan wanita yang merelakan 9 Bulan kehidupannya demi menanti kehadiranmu 
Disiapkan atasmu Bapak-Ibumu yang akan mengajarimu bersyukur pada SANG PENCIPTAMU 
Dan dibuainya dirimu dengan fatamorgana dunia 

Berapa tahun lagi kau mampu menjalani hidupmu sebelum jasadmu terkubur bersama dosamu? 
Hingga kau sadar dirimu hanya satu dari sejuta insan yang meminta surga-Nya 
Apa bagusnya kau hingga kau layak untuk menginjakkan kakimu bahkan menghirup wanginya kenikmatan abadi TUHAN 
Sadar saja, bukan hanya CINTA dan DUNIA yang seharusnya menghabiskan waktumu 
Dan alasan TUHAN menciptakanmu adalah karena DIA MENYAYANGIMU

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Barasukma (27)

Perempuan itu pernah menahan marah. Beberapa orang terhanyut dalam skenario cerita kehidupan pribadinya yang justru mereka buat sendiri. Apa harus menuturkan alasan mengakhiri sebuah hubungan sebelum mulai mengenal pria baru lagi? Dia dihujat. Dia dicaci. Hanya karena dekat dengan pria lalu dengan mudah pergi. Dianggap tukang mempermainkan, tak pernah serius hingga mementingkan perasaan sendiri. Sekali lagi dia hanya menahan marah dengan opini brengsek dari orang-orang yang tidak tahu pasti. Mereka tidak mengerti, seberapa sering dia menangis sesenggukan mendapati riwayat jelajah dari ponsel seorang laki-laki. Bukan perkara seorang selingkuhan atau permainan hati. Melainkan tubuh-tubuh molek dari dalam layar itu dibiarkan tertangkap kamera perekam dengan serangkaian adegan ranjang. Hampir tiap hari dilihat dan mungkin tidak terhitung jari. Perempuan itu masih tak bisa menganalisa logika seorang laki-laki. Bagaimana bisa meliarkan imajinasi pada ratusan video demi kepuasan onan...

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.