Skip to main content

Barasukma (16)

Untuk kamu,



Bagaimana jika sejumput cinta meletup ketika disangka sudah padam lama? Aku tidak pernah tahu. Membayangkan saja aku tidak berani. Kecuali pada hari itu, ketika berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, dua manusia menghabiskan waktu lama untuk sekedar rebahan dan bercerita banyak hal berdua.

Aku pernah menyiksa laki-laki dengan tidak-pastian. Setelah itu semua, ku basuh karma dengan seseorang setelahnya. Lalu tersakiti sebegitu kejinya. Di tahun-tahun aku jatuh. Kamu datang dengan senyum malu-malu yang menyalami melalui banyak kawan. Bertanya kesana-kemari tentangku yang tidak berani kamu sapa duluan.

Dan lihat! Bagaimana kamu mencintaiku dengan susah payah sekarang.

Aku hafal cara kamu merengkuh dengan dewasa. Aku yang cengeng dan kamu meniupi kepalaku agar tidak kegerahan. Aku yang marah dengan banyak cara sementara kamu tidak pernah gengsi memeluk dan merayu sampai kita tertawa.

Aku kagum tabahnya kamu berkata “Iya,” pada setiap perdebatan yang kita bicarakan berdua. Sampai egoku luruh setelahnya. Tertarik kembali dalam pelukanmu yang membujuk untuk tidak melanjutkan pertengkaran.

“Masih banyak masalah ke depannya, lebih sabar ya” katamu tadi malam.

Berapa maaf yang harus aku utarakan untuk menebus sakit hati yang mungkin kamu tahan-tahan? Betapa bersyukurnya aku dimiliki kamu. Meski belum seluruhnya. Meski masih panjang jalannya. Jika terpaksa berpisah, tidak dapat ku bayangkan bagaimana jadinya jika harus menunggu orang lain lagi. Yang belum tentu sesabar kamu. 

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Perempuan dalam Kamar

"Mas, bangun. Jam piro iki.". Sirine macam apa itu yang mampu membuat jiwaku yang sedang melayang-layang langsung kembali ke peraduannya. Oh, rupanya suara ibuku. Sudah pukul setengah tujuh pagi. Entah berapa jam bersama perempuan itu, sampai aku dibuatnya menyerah. Mataku berat, tapi cukup dapat melihat celanaku sudah basah. Lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi. Menyirami sisa-sisa peluh bekas gulatan tadi malam. Di kantor sebelum jam makan siang. Ketika melewati lobi, aku melirik ke lekuk wajah perempuan di belakang meja kerjany. Entah menyadari lemparan pandanganku atau memang dia juga ingin menatapku, sedetik kemudian mata kami beradu. Dia tersenyum manis, sangat manis, seperti senyum yang aku lihat dalam cumbuan itu. Aku melangkah mendekat, sembari mengingat isi dompet yang mungkin cukup untuk mengajaknya makan siang bersama. Tinggal beberapa meter, tapi sialnya... "Ayo kita makan.". Rekan kerjaku mengecup mesra keningnya. Mereka bangkit, melengga...

100 Hari Tanda Orang Mau Meninggal

Innalillahi wa innailaihi rojiun, datang dari Allah dan selalu kembali kepada-Nya, semoga kita selalu menjadi orang-orang yang selalu mengingat-Nya dan beruntung serta saling mengingatkan. Tanda 100 hari mau meninggal…. Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hamba-Nya dan hanya akan disadari oleh mereka yang dikehendaki-Nya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapatkan tanda ini, mereka ada yang sadar dan ada yang tidak. Tanda ini akan berlaku lazimnya sholat Ashar. Seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan menggigil. Contohnya seperti daging lembu yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti. Kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya lezat dan bagi mereka yang sadar dan berdetik dihati bahwa mungkin ini adalah tanda mati, maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau merek...