Tuhan yang
baik, seseorang pernah menyapa-Mu dengan kalimat seperti ini bukan? Dan aku meniru.
Aku meniru bagaimana orang itu berprasangka terhadap-Mu. Aku mencoba percaya,
bahwa Engkau memang benar-benar Baik.
Tuhan yang
baik, malu rasanya ketika aku berdoa tentang seseorang yang sebetulnya belum Engkau
janjikan untukku. Ini tentu bukan tulisan indah macam sajak-sajak pecinta. Hanya
sebuah upaya barangkali sedikit pengutaraan melalui aksara bisa melegakan
sepersekian duka mendalam. Semoga setiap bulir bening yang menetes menjadi doa
yang terjabah di antara deretan kata yang baginya mungkin tidak bermakna.
Aku makhluk
paling payah yang berpikir bahwa akulah orang yang paling terluka. Sungguh betapa
kejinya. Berpikir dia jahat dan bersalah tanpa mawas diri tentang sikapku terhadapnya.
Terima kasih. sungguh aku berterima kasih Tuhan. Dia masih sudi aku temani
sampai sekarang.
Aku makhluk
paling menyedihkan yang berpikir bahwa akulah orang yang paling berharga. Seorang
teman pernah berkata, setiap orang berhak atas dirinya sendiri. Dan batas
kebahagiaanya, adalah kesediaan orang lain. Tuhan, dia berhak atas apa yang ingin dia pertahankan
dan jalani. Pada setiap kata pisah yang dia utarakan, detik ini aku berserah. Barangkali
ketiadaanku adalah kelegaan untuknya. Siapa peduli lukaku? Selagi dia bisa
hidup dengan baik dan bahagia itu sudah sebanding
dengan seonggok perasaan sepihak yang harus aku tumbalkan.
Aku makhluk
paling pelupa yang tak tahu diri atas semua pengorbanannya terhadapku. Maaf. Dia boleh berkata tak percaya, dia boleh
membuang muka untuk setiap tangisan yang terbuang sia-sia. Aku tidak minta
dikasihani, Tuhan. Aku hanya sedang berdoa, barangkali dia akan mengerti
seperti apa mencintai.
“Berhentilah berakting,” katanya.
Tuhan, kelak
dia mungkin akan tahu. Tubuhku tak sekuat ketika pertama kali dia mengajakku
kencan di seberang Taman Budaya dulu. Hatiku tak sekokoh ketika pertama melepaskannya
yang berlalu dari teras rumahku kala itu.
Tuhan yang
baik. Sudah. Sajadahku sudah basah. Buat dia bahagia, Tuhan. Aku yakin kau yang
paling tahu jalannya. Dia pria baik. Dia pria yang sudah berbuat banyak
untukku.
Aku…
Aku makhluk
paling tak punya harga diri yang tetap berusaha tinggal bahkan setelah diusir
berulang kali.
Comments
Post a Comment