Skip to main content

Cinta Tak Senikmat Markobar

Hallo pengguna sosial media, pasti kamu pernah lihat akun Markobar sliwar-sliwer di timelinemu. Siapa yang belum dengar kemasyuran kuliner ini, sampai postingannya saja selalu bikin ngiler dan di-cc-kan ke pacar supaya dibelikan. Saking terkenalnya sampai tidak lepas dari kisah brengsek saya beberapa tahun silam. Berikut akan saya tuturkan kisah akibat dari 'mutusi dewe njuk kegelan sambat kancane' (mengambil keputusan sepihak lalu kecewa dan curhat temannya) beberapa waktu lalu. Angger ojo di ece (asal jangan diejek).

Malam itu saya dan dia, panggil saja Mas AD duduk di bangku yang saling berhadapan. Kami mengumpulkan nyali untuk bicara sembari menunggu satu pesanan martabak 8 rasa. Saya kira terlalu manis bisa saja membuat ngilu gigi, atau bahkan mual perut setelahnya. Sampai saya seolah menghindar agar tak terluka. Tapi nyatanya berbeda. Jelas lidah saya tidak akan menolak ketika apa yang enak dirasakan oleh pengecapnya. Lho lha iya, wong enak kok nolak. Karena itu kami memilih tempat ini untuk agenda klarifikasi hubungan. Cerita brengsek kan, nggak pernah quality time keluar sekalinya mau bubar kok malah pilih tempat yang enak.

Hubungan kami masih dingin walau uap hangat martabak 8 rasa itu menari-nari ketika Mas AD mengambil sepotong pelan-pelan.

"Enak?" godanya.

Ego saya masih kokoh untuk bisa lapang menerima sebuah keputusan. Namanya juga manusia. Gengsi nho, nda. Saya masih malu untuk mengubah raut muka jadi ekspresi keenakan. Alhasil saya cuma ngunyah sampai pipi saya mlembung karena kepenuhan. Saya ingin mencoba merasakan apa yang sering mereka bicarakan. Markobar. Eh bukan. Maksudnya cinta. Tapi saya terlalu takut dibuatnya candu dan binasa.

Teramat unik untuk lupa begitu saja meski hanya seloyang martabak. Seloyang. Tak banyak. Tapi cukup memberikan seseorang sebuah kenangan melankolis sampai drama dibuatnya. Drama tak masalah, asal tidak memenuhi timeline dengan sambatan-sambatan menjijikkan (padahal saya sendiri demikian).

Berbeda dengan gengsi saya yang jelas saja tak mau rugi kalau terlalu banyak yang dikorbankan, saya yakin penjual Markobar berani memberikan rasa sedemikian istimewa karena tahu benar apa yang dia perjuangkan. Ya to bung? Tiap hari bagi-bagi voucher gratisan. Sementara kami? Mas AD saja belum yakin akan seperti apa hubungan kami. 

Sayangnya cuma seloyang yang Mas AD pesan baru saja, dengan toping yang berbeda-beda. Saya yakin, enak semua. Tapi sebuah hubungan tak bisa selalu enak dirasa. Kalian para pembaca yang budiman dan kurang kerjaan karena mau membaca blog saya bisa saja memesan Markobar dan diantarkan ke tujuan. Semua dilayani sesuai pesanan. Lantas kami? Jika kelak saya meminta masnya untuk bertahan, apa ada yang menjamin kalau masnya akan tetap tinggal?

“Bagi!” katanya meminta.

Kalau minta martabaknya, saya kasih. Kalau minta hati saya... woo yo jangan. Hmm.. maaf sayang.. saya cuma punya seloyang, yang beberapa potongannya sudah habis ditelan luka masa silam. Kalau Mas AD habiskan, lalu saya dapat apa? Saya yakin Markobar lebih manis dari trauma-trauma saya. Saya yakin Markobar lebih punya banyak rasa dari kecewa saya yang sudah terlalu lama. Cukup markobar yang masnya habiskan dengan lahapnya karena teramat enak dan menggoda, jangan sabar saya.

Comments

  1. bukannya solo lebih terkenal dengan Serabi Solo nya ya?
    haha
    embuh ding :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Taraa.. This is Tribal Trends

“Sist, aku mau crop tribalnya ya. Ready kapan?”             Yang gila fashion pasti tau dong motif tribal. Motif tribal lagi happening nih. Para desainer juga lagi berlomba-lomba buat menciptakan busana dengan motif tribal. Mulai dari sekadar kaus, rok, blazer, tas, turban, wedges, sampai garskin! Tapi tau nggak sih gimana asal- usul si tribal ini? Penasaran? Let see… Tribal dalam arti kata bahasa inggris artinya kesukuan. So, tribal mencerminkan tentang motif kesukuan seperti gambar rusa, pohon, dll. Hampir mirip sama Indian style tapi bedanya Tribal lebih menonjolkan corak garis garis yang sejajar dan lebih bermacam warna. Sedangkan Indian Style cenderung berwarna gelap dan cokelat. Nah, karena tribal merupakan motif kesukuan berarti motif-motif khas daerah di Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai motif tribal. Motif tribal ala Indonesia juga banyak banget. Ada corak suku dayak, tenun ikat, tenun todo