Ada saatnya sesuatu yang kau lupa akan
lebih baik jika kelak kau sendiri yang mengingatnya. Sebab hati manusia
bagaikan museum menyimpan banyak kenangan. Museum yang baik menata artefak
paling bersejarah, menyusun papirus pentingnya dengan tepat memilah-milah. Museum yang baik akan tau
mana yang masih perlu diletakkan di tempat prioritas, dan mana yang dibuang
saja ke gudang.
Bagaimana dengan kenangan luka karena
kematian?
Bukankah setiap pertanyaan selalu turun
bersama jawabannya. Dan untuk mempertemukan keduanya cuma waktu yang
dibutuhkan.
Hargo Dumilah, 2012.
Ini kali pertama aku mendaki. Keluh
bercampur peluh seperti memuai bersama gurat-gurat putih awan melayang di
kejauhan. Kau tau, ketika kekasih berada jauh, sang rindu tambah ingin
direngkuh. Bersamaan dengan pudarnya bayang wajahmu diantara kepulan rokokku,
aku turun. Tinggal beberapa langkah kami ber 5 sampai
di pos 3. Dering ponsel terdengar nyaring menyampaikan pesan yang diterima
terlambat.
Kamu meninggal dunia...?!!!
Seteguk air mineral membakar
kerongkonganku. Seperti dilibas parang, tubuhku rapuh seketika. Sinyal sialan
menghalangi panggilanku pada nomor yang baru saja mengirimi kami pesan.
Aku berlari turun. Benar-benar berlari
dengan pandangan yang kabur tertutup genangan air di mataku. Seorang teman yang
kewalahan mengikuti langkahku, ranting-ranting menyayat, jatuh berulang, sampai
jurang pun tak kuhiraukan. Aku berlari. Aku ingin segera pulang.
Di kavling 19 aku tersimpuh di atas jasadmu
yang sudah terkubur rapat bahkan aku tak sempat menatap. Tangisku pecah. Andai
aku pulang lebih awal. Andai kuikuti saranmu untuk menunda pendakian. Andai....
Jogjakarta, 2014.
Terbuat dari apakah kenangan itu? Apakah
itu seperti segelas kopi yang selalu dirindu aromanya? Atau seperti lengkingan
sax Kenny G? Semisal kenangan bekukan nadi, kau pasti telah pecahkan sumbat
jalan darah. Sejak itu aku berlari menuruni gunung. Berlari cepat, lebih cepat
dan makin cepat. Berharap aku bisa sampai di rumah lebih awal. Berharap aku
bisa menebus pelukan terakhir yang tak kesampaian.
Hallo sayang, sampai lelah aku kehabisan
kata untuk memaknai rindu.
Comments
Post a Comment