Skip to main content

Pasangan dan Krim Wajah

"Aku udah nyoba pakai krim yang disaranin Mona kemarin. Bukannya jadi putih, malah merah-merah gini kulitku."
"Terus gimana?"
"Ya aku hentiin pemakaiannya."

Aku diam sebentar. Tertawa kecil. Lalu membayangkan seandainya percakapan tadi diganti.
"Aku udah nyoba pacaran sama cowok mirip pasangannya Mona. Bukannya jadi bahagia, malah sedih gini."
"Terus gimana?"
"Ya aku hentiin pemakaiannya."

Mirip ya. Kadang nyari pasangan hidup itu kayak milih perawatan buat wajah.

1. Ada iklan produk yang menarik, langsung pengen coba. Ya walaupun ada rasa takut ga cocok. Tapi ketertarikan sama produk baru itu biasanya ada. Dari situ muncul harapan-harapan supaya bisa jadi pasangan.

2. Efeknya juga gabisa langsung ngaruh dalam sehari. Kalo kita pakai krim wajah, mana ada yang ditinggal kedip mata langsung putih? Butuh proses. Sama seperti saat membangun chemistry dengan pasangan. Kita butuh waktu buat tau kecocokan sama pasangan.

3. Krim wajah yang dipakai orang satu belum tentu cocok buat orang lain. Kayak kejadian si Mona diatas. Si Mona sih cocok-cocok aja, tapi temennya engga cocok kan. Ya karena jenis kulit dan hal yang mereka butuhin itu beda. Kalo dipaksain pakai krim wajah yang ga cocok kan malah jadi rusak mukanya. Sama kayak sifat manusia. Beda-beda, dan butuh beda-beda orang yang bisa memahami satu sama lain.

4. Ada juga krim wajah yang kalau pemakaian dihentikan bisa ngefek. Ini semacam krim wajah yang PHP. Cuma ngasih hasil kalo dipakai doang. Sehari dua hari sih hasilnya bagus. Tapi begitu kita berhenti langsung balik normal malah lebih parah dari awal. Kayak beberapa kejadian orang di PHP in sama gebetannya. Baru mau cocok, eh langsung ga ngasih kepastian.

5. Beli/pakai krim wajah itu butuh kepercayaan. Mau nggak mau ketika kita memutuskan untuk mengoleskan produk itu apalagi di kulit wajah kita, kita pasti butuh kepercayaan. Dan orang yang pakai ga boleh ragu-ragu. Mirip lah ketika kita mau menjalani hubungan sama seseorang. Harus yakin. Jalani/engga sekalian. 

6. Kalo udah cocok pakai krim wajah itu pasti gamau ganti produk. Ketika udah cocok sama harga, hasil, dan pemakaian yang rutin, orang yang pakai krim wajah itu pasti bakal terus pakai sampai hasil yang diinginkan. Ketika kita udah nemu sosok orang yang bisa melengkapi kita, menganggap kita sempurna ketika bersamanya, ya pertahanin orang itu. Ga perlu lagi coba-coba pakai krim wajah lain alias cari-cari yang lain. Satu aja, cocok, djaga selamanya.

Entah kenapa aku nulis ini. Padahal aku ga pernah pakai krim wajah atau perawatan. Pakai bedak aja pasti dia selalu tau. Soal perawatan atau krim wajah, nanti lah. Aku masih menikmati wajah biasa aja yang alami kayak gini. Karena udah ada orang yang sayang aku, dengan atau tanpa krim wajah itu :)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Barasukma (27)

Perempuan itu pernah menahan marah. Beberapa orang terhanyut dalam skenario cerita kehidupan pribadinya yang justru mereka buat sendiri. Apa harus menuturkan alasan mengakhiri sebuah hubungan sebelum mulai mengenal pria baru lagi? Dia dihujat. Dia dicaci. Hanya karena dekat dengan pria lalu dengan mudah pergi. Dianggap tukang mempermainkan, tak pernah serius hingga mementingkan perasaan sendiri. Sekali lagi dia hanya menahan marah dengan opini brengsek dari orang-orang yang tidak tahu pasti. Mereka tidak mengerti, seberapa sering dia menangis sesenggukan mendapati riwayat jelajah dari ponsel seorang laki-laki. Bukan perkara seorang selingkuhan atau permainan hati. Melainkan tubuh-tubuh molek dari dalam layar itu dibiarkan tertangkap kamera perekam dengan serangkaian adegan ranjang. Hampir tiap hari dilihat dan mungkin tidak terhitung jari. Perempuan itu masih tak bisa menganalisa logika seorang laki-laki. Bagaimana bisa meliarkan imajinasi pada ratusan video demi kepuasan onan...