#30HariMenulisSuratCinta
Kala itu, aku masih memakai rok merah dengan rambut dikuncir ekor kuda. Setiap jam berangkat sekolah dan makan siang jalan di dekat rumahku pasti ramai dengan orang berlalu lalang. Buruh pabrik yang keluar mencari makan siang dan anak-anak SMP di depan rumah yang berhamburan pulang. Malah terkadang macet jika bebarengan dengan palang yang menutup saat kereta api melintas. Sementara waktu itu, aku bersekolah di SD yang berbeda kampung dengan rumah. Setiap berangkat dan pulang sekolah, aku harus menyeberang jalan yang membatasi kedua kampung itu. Sewaktu aku masih kelas satu, aku memang tak pernah berangkat sekolah sendiri. Ada Mbak Parmi, yang ditugasi mengasuhku dan siap mengantar jemput ke sekolah. Mulai kelas 2 SD, aku sudah dibiasakan untuk berangkat dan pulang sendiri. Satu momen yg masih kuingat tiap pulang sekolah.
---------------------------------------
Kala itu, aku masih memakai rok merah dengan rambut dikuncir ekor kuda. Setiap jam berangkat sekolah dan makan siang jalan di dekat rumahku pasti ramai dengan orang berlalu lalang. Buruh pabrik yang keluar mencari makan siang dan anak-anak SMP di depan rumah yang berhamburan pulang. Malah terkadang macet jika bebarengan dengan palang yang menutup saat kereta api melintas. Sementara waktu itu, aku bersekolah di SD yang berbeda kampung dengan rumah. Setiap berangkat dan pulang sekolah, aku harus menyeberang jalan yang membatasi kedua kampung itu. Sewaktu aku masih kelas satu, aku memang tak pernah berangkat sekolah sendiri. Ada Mbak Parmi, yang ditugasi mengasuhku dan siap mengantar jemput ke sekolah. Mulai kelas 2 SD, aku sudah dibiasakan untuk berangkat dan pulang sendiri. Satu momen yg masih kuingat tiap pulang sekolah.
---------------------------------------
Sampai di jalan dekat rumah, aku berhenti. Di seberang jalan sudah menunggu ayah yang langsung menghapiriku. Dia berdiri membelakangi dan menunjukkan punggung sambil setengah berjongkok. Aku langsung saja berlari mendekat. Ketika berlari, tas yang ku bawaa terpontang-panting kiri-kanan. Jika tas itu dibuka mungkin tubuhku yang kala itu masih kecil akan muat masuk ke dalam.
Begitu aku sampai dibelakang punggung ayah, ayah langsung menghitung, “satu…dua…” dan aku menyahut “tigaa…” sembari loncat ke punggung ayah.
Aku menyebrang jalan digendongan ayah. Kejadian seperti itu hampir tiap hari. Punggung ayah cukup lebar untuk aku raih dengan jangkauan tangan. Meski hanya menyebrang jalan yang berjarak 10 meter, punggung ayah terasa begitu hangat.
Beranjak besar, aku sudah bisa menyebrang jalan sendiri. Ayah pun telah jarang menungguiku karena sibuk dengan pekerjaan. Jika saat dewasa aku nekat melompat ke punggung ayah mungkin tulang itu akan rontok seketika. Selain itu aku malu, walaupun dengan ayah sendiri.
Kadang aku heran, semakin dewasa seorang anak mengapa justru semakin malu menunjukkan rasa sayang ke orangtua. Contohnya pemuda sekarang mungkin gengsi diketahui gerombolannya jika masih sering dicium pipi oleh ibu tiap berangkat main. Semakin seseorang itu dewasa harusya dia semakin dekat dengan orang tua, karena mereka pun tidak selamanya menemani. Itulah mengapa setiap orang tua menangis terharu melihat anaknya tumbuh dewasa, menghadiri wisuda anaknya, bahkan pernikahan. Karena orang tua sadar, malaikat kecil mereka sudah menjadi manusia sekarang. Dan disaat yg sama orang tua tau telah begitu lama dia menuntun anaknya. Mulai saat anaknya belajar berjalan hingga berlari mengejar mimpi. Dan orang tua akan berkata “Ternyata aku sudah tua, anakku”. Manusia yg hakikatnya akan berpindah, anaknya yg berpindah ke hidup mereka sendiri, dan orang tua yg sadar akan berpindah kealam lain suatu saat nanti.
-------------------------------------------
Waktu aku pengumuman kelulusan SMA, ayah datang ke sekolah. Seusai mengecekk nilaiku, aku peluk ayah dari belakang. Aku sadar, punggung ayah akan selalu ada untukku dan akan tetap sehangat dulu
Semoga kelak, ayah tetap ada bersamaku. Ketika seorang laki-laki akan mempersuntingku, ketika menanti kelahiran anak pertamaku, ketika melihat cucu kesayangannya belajar berjalan, dan ketika seterusnya. Semoga....

Love you Dad ♥
Comments
Post a Comment