Hujan deras mengguyur kotaku. Aku meringkuk di bangku teras. Masih ada sisa coklat hangat dalam cangkir yang sejenak menemani lamunanku tentang sebuah nama. Siapa? Bukan siapa-siapa. Hanya dia yang bisa melepaskan perlahan duri yang tak sengaja aku injak beberapa waktu lalu. Ya, itu kamu Kamu seperti harap yang tergapai, kantuk yang berhasil melahirkan mimpi. Mungkin doa yang telah diamini oleh semesta. Atau mungkin sakit yang tertunda sejenak. Kisah apa yang hendak kamu tuliskan bersamaku nantinya? Seketika hujan menambah volumenya dan ringkukku makin menjadi. Aku takut. Jangan pernah bersandar pada seseorang, kelak ketika ia tak lagi menyediakan pundaknya, itu akan lebih sakit dari sedihmu sebelumnya. Ketika kamu menjamah kepingan hati yang sempat tersayat ini. Hendak kamu sembuhkan? atau kamu buka perban luka yang belum kering itu? Hey, kenapa aku menangis untukmu saat ini. Sungguh, aku takut terluka lagi Perlahan mendung bergeser menjauh dan menyisakan rintik kecil...
Kenapa harus berlari jauh kalau terkadang ketenangan kecil justru yang memberi kebahagiaan