Bagaimana dunia kita bersatu jika mentari kita saja berbeda
Cahaya senja mulai temaram seiring langit malam menyelimuti,
tapi binarmu tak redup sedikitpun. Bahkan ketika sebatas punggung saja yang ku
tatap diantara deru motor yang melaju. Kamu masih begitu terangnya.
Airmataku sudah mengering. Meski begitu menyayatnya kala
kuingat kita masih berpegangan dulu. Sekarang, bahkan menyentuhmu, terduduk di
boncenganmu saja aku canggung
Begitu cepatkah ini berlalu, sayang? Bahkan begitu dungunya
aku merindukan pelukan padalah sudah ada bekas guratan bibirnya dibibirmu.
Semestinya kamu semestaku
Semestinya...
Comments
Post a Comment