Langit itu masih luas, seperti harap
yang tak pernah berkurang untuk menanti
dirimu kembali ke sisiku. Untuk kamu yang kucinta dari jauh, aku masih ditempat
yang sama, dengan cinta yang tak pernah berkurang dan rindu yang tak kalah
banyaknya. Aku menunggu waktu kita untuk kembali bertemu, waktu kita sama-sama pulang,
karena kamu sudah kubuatkan rumah, disini, didalam hatiku yang tak pernah gagal
untuk kamu sentuh
Mona menatap wallpaper ponselnya.
Pemuda di foto itu, dengan senyum ceria itu tak pernah lelah membuatnya rindu.
Masih sama seperti setengah tahun lalu saat mereka saling menatap di terminal.
“Besok aku pulang. Paling lusa
sampai di Solo”, Mona berbicara melalui sambungan telefon
“Oh iya, sendirian? Hati-hati
dijalan.”, jawab Billy dari seberang provinsi.
Ketika kita mencintai dalam jarak,
adakah yang lebih membuatmu bahagia selain saat bertemu kembali? Adalah ketika
dengan sabar kamu menanti pertemuan itu. Besok Mona akan pulang. Setelah
setengah tahun ia tak bertemu orang-orang terkasih di kota asalnya. Mona
mahasiswi tingkat 2 yang merantau ke ibu kota demi mengejar beasiswa
jurnalistik yang dia incar sejak masa sekolah. Demi menggapai mimpi, ia
terdampar jauh termasuk merelakan hubungan asmaranya. Setahun mereka menjalin
kasih dan setengah tahun lebih Mona menjalani hubungan jarak jauh dengan Billy.
Mereka hanya mampu melepas rindu lewat pesan singkat, telefon dan video chat.
Mencintai seseorang dalam jarak, seperti memeluk bayangan, kamu tau itu tak
nyata, tapi setidaknya kamu merasakannya dalam batin. Kamu tak akan tahu apa
yang ia lakukan disana, tapi nyatanya kamu tetap mejalaninya. Seperti
mempertaruhkan hati pada getran ponsel yang menjembatani.
Perlahan bus meninggalkan ibu kota
dan merayap menuju jalanan yang akan membawa Mona pulang. Tak hentinya ia
berdoa agar segera bertemu dengan orang yang begitu ia sayangi.
Akhirnya bus tiba di tujuan. Begitu
pintu bus terbuka, para calon penumpang yang akan naik langsung
berdesak-desakan tanpa memperdulikan penumpang yang akan turun. Mona memandangi
sekitarnya. Peluh, kebisingan suara, dan pedagang yang tanpa keramahan memenuhi
terminal bus. 13 jam di dalam bus membuatnya lelah. Mona merogoh ponsel dari
dalam tas tangannya.
“Sayang kamu dimana?aku udah di
terminal. Kamu bisa nggak jemput aku?”
“Aku ada acara sama temenku ini.
Minta tolong sama kakakmu nggak bisa?”
“Acaranya masih lama? Aku tunggu ya.
Aku pengen kamu yang jemput”
Mona duduk di tepian jalan menunggu
Billy menjemputnya. Di tempat lain, Billy masih saja sibuk dengan
kawan-kawannya tanpa menggubris telefonnya yang sedari tadi berbunyi. Satu jam sudah
Mona masih sabar menanti Billy menjemputnya karena memang ia ingin Billy lah
orang pertama yang ia temui hari ini, di hari yang sama setahun yang lalu saat
mereka mulai pacaran. Mona kembali mencoba menghubungi Billy tapi nihil, ponsel
Billy mati. Billy memang sengaja mematikan ponsel karena ia terlalu sibuk
dengan temannya.
Mona
mengirim beberapa pesan singkat ke ponsel Billy. Diletakkannya tas besar berisi
pakaian dan beberapa barang disisinya. Saat hendak merogoh tas di tangan
kirinya, ia terkejut seseorang menarik paksa tas itu hingga terlepas dari
genggamannya.
”Copet...copet”,
teriak Mona begitu menyadari seseorang telah berlari membawa tas cokelatnya.
Kirana berusaha mengejar pria gondrong itu.
”Tolong
copet.......copet.” Mona berteriak meminta bantuan orang-orang disekitarnya.
Ditengah usahanya mengejar sang copet, Kirana memaki orang-orang itu dalam
hati. Bagaimana bisa mereka tetap mematung sementara seorang gadis berlarian
mengejar pria yang membawa lari tasnya. Hanya nampak beberapa orang yang
berusaha membantu mengejar copet itu. Apakah mungkin ini biasa terjadi? Apa
yang mereka pikirkan hingga membiarkan kriminalitas melenggang begitu saja
disekitarnya.
Diujung
gang, Mona tak menyadari bahaya sedang mengancamnya.
Ditempat
Billy, Billy mengaktifkan ponselnya setelah dua jam ia membiarkannya begitu
saja. Ada 4 pesan singkat yang dikirim Mona untuknya. Ia belum membukanya.
Billy melajukan motornya ke rumah Mona karena ia piker Mona sudah dijemput oleh
kakaknya. Ketika sampai di ambang pagar rumah Mona, Billy heran tumben rumah
Mona begitu ramai. Ketika masuk rumah.
Buug
Pukulan
langsung mendarat di pipi Billy. Billy heran, kakak Mona tiba-tiba memukulnya.
“Lo kemana
aja? Adek gue nungguin lo sampai nggak mau gue jemput, dia Cuma mau ketemu lo,
dia nunggu lo bukan nunggu kematiannya bego! Kalo begini bukan Cuma lo yang
kehilangan, kita semua kehilangan. Lo lihat mayat adek gue, liat! Lo kemana
anj*ng!”
Billy
menatap hampa tubuh Mona dengan kondisi yang menggenaskan. Bajunya robek,
mukanya memar, dan ada luka tusuk diulu hati Mona. Mona dirampok dan diperkosa
di ujung gang. Ketika berusaha melawan, si pencopet terpaksa menusukkkan pisau
ke tubuh Mona.
Billy bediri
kaku. Ia membuka sms yang dikirim Mona
Yaudah aku tunggu ya
Sayang, mas-mas disana ngeliatin aku terus.
Tampangnya ngeri. Aku takut
Sayang kok nggak aktif nomornya? Belum
selesai ya?
Yaudah sayang diselesaiin dulu, aku tunggu
disini. Aku cuma pengen kamu yang aku temui pertama pas pulang. Happy
anniversary ya. Makasih banyak setaun ini udah jadi orang yang ngisi bahagiaku.
Maaf aku nggak pernah bisa jadi yang sempurna. Apapun yang terjadi kamu harus
inget kalau aku selalu sayang kamu.
Billy
terisak di hadapan jenazah Mona
sad ending
ReplyDeleteiya
ReplyDeleteada nama kirana, bagian kejar-kejaran mbok diedit sik yen copas. tapi, akhirnya cukup bagus. gongnya mantep
ReplyDelete