Skip to main content

Sekedar Rasa


Jika suatu saat ada yg lebih baik dari kurangku, semoga aku tak bernasib sama dengan mereka yg pernah kau tinggalkan
Aku tau kamu tak akan baca ini. Bahkan tak akan ada yang menceritakanmu tentng ini. Terima Kasih, telah menjadi salah satu alasan aku tersenyum pada dunia. Terima kasih telah membagi tawa dalam langkah menggapai mimpi. Tak banyak yang bisa saya beri. Saya mencintaimu dengan doa, menjadikanmu hal yang kuceritakan pada Tuhan. Saya mencintaimu dengan airmata. Ketulusan yang terkadnag tak bisa kau rasa. Namun suatu saat akan kau sadari. Tak perlu kau menguji kadar sayangku dengan terus menyakiti, pejamkanlah matamu, ketika aku tak ada kau akan kehilangan satu hal yang terkadang tak kau pedulikan.
Mungkin saya terlalu menyayangimu, saya tahu segala kurangmu. Namun tak ada yang mampu mengikis rasa itu sedikitpun. Lebih baik ku pendam rasa dihati, daripada cinta ini kau paksa mati. 
Solo-Bekasi 
Tidakkah kau tahu rindu itu terkadang sungguh menyiksa. Berhentilah membuatnya lebih berat kujalani. Lihatlah bintang disana. Aku pun melihat hal yang sama. Setidaknya rinduku sedikit terdamaikan, karena kutahu kita tidur di bawah langit yang sama. 
Tetaplah menjadi hal yang mengisi ruang di dalam diriku. 
Tetaplah menjadi tangis yang kadang membuatku semakin kuat setelah menghapus peluhnya. 
Tetaplah menjadi senyum yang menghiasi cita kita. 
Berjanjilah tetap bersamaku. 
Selamanya :)

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Perempuan Yang (Pikirannya masih) Sedang Di Pelukan

"Jika yang suci selalu bening, maka tidak akan pernah ada kopi di antara kita." - Sujiwo Tedjo. Perempuan di depanku memandang kosong menembus kaca yang dibasahi bulir-bulir hujan di luar. Sudah berapa prosa yang di dalamnya terdapat adegan seseorang memandangi jendela? Nyatanya keheningan seolah menitip pesan untuk sepi pada setiap tatapan kosong yang pikirannya sedang dikembarakan. Sepi seperti telah menipuku dengan damai. Padahal aku menangkap jelas bagaimana sulitnya perempuan ini berdamai dengan lukanya sendiri. Tak pernah ada yang benar-benar baru, kan? B ahkan untuk sebuah harapan yang benar-benar tersembunyi pada palung hati sekalipun. Tebuat dari apa hati perempuan ini? Kenapa sulit sekali menerima kenyataan yang memang sering tak sesuai keinginan. Tiba-tiba meja di depan kami terasa begitu luas. Sampai aku tak bisa menjangkau perempuan yang sedihnya bisa membuatku kehilangan separuh nyawa agar bangun dari lamunannya. ”Kamu baik-baik saja?” tanyaku...

Barasukma (18)

Ada yang mengapung di dalam mataku. Sesuatu seperti luka. Tapi riaknya terlalu kecil untuk membuatmu sadar bahwa rindu kita telah tercemar. Aku menyimpan semua rapat-rapat. Hanya untuk menunggu waktu yang tepat. Mengirimimu kartu ucapan bergambar darah dengan sebuah tulisan berbunyi 'terlambat'.

Barasukma (27)

Perempuan itu pernah menahan marah. Beberapa orang terhanyut dalam skenario cerita kehidupan pribadinya yang justru mereka buat sendiri. Apa harus menuturkan alasan mengakhiri sebuah hubungan sebelum mulai mengenal pria baru lagi? Dia dihujat. Dia dicaci. Hanya karena dekat dengan pria lalu dengan mudah pergi. Dianggap tukang mempermainkan, tak pernah serius hingga mementingkan perasaan sendiri. Sekali lagi dia hanya menahan marah dengan opini brengsek dari orang-orang yang tidak tahu pasti. Mereka tidak mengerti, seberapa sering dia menangis sesenggukan mendapati riwayat jelajah dari ponsel seorang laki-laki. Bukan perkara seorang selingkuhan atau permainan hati. Melainkan tubuh-tubuh molek dari dalam layar itu dibiarkan tertangkap kamera perekam dengan serangkaian adegan ranjang. Hampir tiap hari dilihat dan mungkin tidak terhitung jari. Perempuan itu masih tak bisa menganalisa logika seorang laki-laki. Bagaimana bisa meliarkan imajinasi pada ratusan video demi kepuasan onan...